Bagi seorang muslim, apapun kejadian yang menimpanya, itu pasti yang terbaik versi Allah. Dalam hidup.. aku pernah mengalami 3 kejadian berat.
Pertama, tentang cita-cita dan impian.
Cita-cita menjadi dokter dan impian kuliah di Jawa.
Saat kelas 3 SMA, aku mengikuti tes beasiswa di kabupaten kota kelahiranku. Tidak lama berselang dari tes beasiswa itu. Saat pembagian rapor semester. Di depan Aula dan di depan semua orang tua dan murid, kepala sekolah mengumumkan bahwa aku mendapatkan beasiswa di UG*.
MasyaAllah senang sekali rasanya mendapatkan beasiswa di kampus yang ku impikan sekaligus mendapatkan juara 2 umum SMA. Masih jelas ku ingat ekspresi senang Ayah. Ayah yang menangis terharu dan spontan menggendongku saat di rumah karena rasa senang dan bangganya. Masih teringat juga, begitu banyaknya teman yang mengucapkan selamat dan mengirimkan sms ucapan kepadaku. Waktu itu... belumlah ada aplikasi chating seperti wa, line, dll ya. Masih menggunakan sms.
Namun, di tanggal 10 Januari, tepat sehari sebelum umurku 17 tahun. Tiba-tiba kepala sekolah memanggilku ke kantor dan mengatakan kalau aku tidak lulus beasiswa itu. Aku merasa shock, sedih, dan sangat kecewa. Rasanya... ingin sekali menangis tapi harus ku tahan karena masih di sekolah. Terakhir, ku ketahui ternyata posisiku digantikan dengan orang lain. Tidak ada nama Nova Arianda Sari di SMA Gas*b. Mereka berbohong. Aku benar-benar sedih dan desperate waktu itu. Tapi Mama selalu menyemangati agar aku tidak larut dalam kesedihan. Aku harus segera bangkit karena sebentar lagi akan UAN. Aku harus lulus UAN!
Kemudian, aku masuk jurusan dan kampus yang dipilihkan oleh orangtua dan abangku. Awalnya aku menolak karena tidak suka dengan jurusan yang dipilihkan dan sempat meminta keluar. Tapi lambat laun setelah mendapatkan nasehat dari orangtuaku, akupun mulai menerima dan menjalaninya. MasyaAllah, ternyata memang inilah yang terbaik untukku dan sekarang aku mempunyai karir dan bisnis yang ku sukai.
Kedua, tentang karir.
Aku pernah terlambat digaji bahkan beberapa bulan tidak menerima gaji sama sekali. Induk perusahaan lamaku terkena masalah yang berdampak ke anak perusahaannya, salah satunya yaitu gaji. Awalnya gaji dibayar terlambat, namun lama kelamaan tidak dibayar sama sekali.
Kalau dihitung, ada 6 bulan lamanya aku sabar tidak menerima gaji sambil mencari lowongan kesana sini. Aku harus berhemat dan berjualan apa saja agar ada pemasukan karena tabungan mulai habis dan kalau minta orangtua rasanya malu. Sebab, sejak 3 bulan sebelum wisuda, aku sudah bekerja dan mandiri lalu tiba-tiba mau minta ke orang tua itu rasanya malu banget. Aku nggak bisa. Aku kangen kenangan saat-saat kerja di Chevron yang setiap tanggal 28 selalu terima gaji.
Disaat seperti itulah, Allah menjawab doaku. Tiba-tiba aku ditawari lowongan kerja di Chevron oleh orang yang nggak aku kenal. Tes demi tes ku lalui dan alhamdulillah dari 25 orang, aku satu-satunya yang diterima. Alhamdulillah ya Rabb, senang rasanya. Oya, saat aku kuliah, aku pernah ikut program Coop di Chevron selama 6 bulan. Setelah kontrak Coop habis, aku sering berdoa meminta sama Allah. Semoga suatu saat nanti bisa kembali lagi bekerja di Chevron. Nyaman banget kerja disini. Dan ternyata Allah mengabulkan doa-doaku dahulu disaat aku benar-benar pasrah. Allah memberikan surpriseNya kepadaku dengan cara yang tak disangka-sangka dan begitu unik. MasyaAllah Tabarakallah Alhamdulillah.
Kejadian ini tahun lalu.
Jadi sejak lama, diam-diam aku menyukai seorang pria dan ingin sekali menikah dengannya. Hingga tiba-tiba karena suatu kejadian, akhirnya ku ketahui ternyata pria itu menyukaiku. Dia bahkan langsung berniat menikahi. Kita tidak pacaran tapi langsung berencana untuk menikah.
Mengetahui laki-laki yang sudah lama dikagumi menyimpan rasa sejak lama juga dan ingin menikahi, tentu rasanya seperti ajaib bukan? Kaget, tapi senang. Awalnya semuanya berjalan lancar. Dua keluarga sama-sama sudah setuju. Hari-hariku pun menjadi sangat senang dan tak henti-hentinya berdoa semoga pandemi segera mereda agar dia bisa datang melamar. Dia bekerja di luar pulau yang jauh dari tempat tinggalku. Akhirnya kabar itupun tiba. Dia akan datang untuk melamar. Bahagia sekali rasanya.
Namun.. H+1 dia mengatakan akan pulang ke rumah orangtuanya dan untuk melamarku, muncul penghalang yang sulit untuk kami hilangkan. Penghalang yang saat teringat, masih ku rasakan sakitnya. Bukan... bukan aku menyimpan dendam. Tidak sama sekali. Tapi seperti manusia biasa, aku masih teringat dan merasakan sedihnya. Hingga akhirnya rencana itu batal. Semua berubah. Benar-benar berubah. Bahkan sekarang menjadi terasa asing.
Hal yang sulit aku terima.
1 tahun berlalu, aku belum tau apa hikmah dari kejadian ini.
Tapi kini, aku mengerti maksud Allah itu apa.
Aku begitu sukanya sama pria ini. Jadi Allah ambil dia. Aku begitu yakinnya akan menikah. Aku lupa semua kejadian, Allah lah yang mengatur. Semua ada dalam kendali Allah.
Apakah Allah akan jadikan kisah ini seperti cita-cita dan impian yang nggak aku dapatkan dan Allah gantikan dengan yang lebih baik?
Atau Allah tetap kasih dia untukku dengan cara yang lebih indah seperti Allah kasih lagi kesempatan kerja di Chevron ke aku?
Aku tidak tahu.
Setelah ikhtiar semua. Aku serahkan jawabannya sama Allah. Tugasku hanya berdoa, memperbaiki diri, membahagiakan orangtua, dan berprasangka baik bahwa Allah akan selalu kasih yang terbaik untukku.
Allah Maha Baik dan akan memberikan yang TERBAIK untuk hamba-Nya. Aku yakin itu. Tugasku sebagai manusia, memastikan bahwa aku hidup seperti yang Allah mau. Memastikan, aku hidup sesuai dengan aturan-aturan Allah.
La tahzan, innallaha ma'ana.